Rabu, 27 Juni 2012

TUGAS PUTUSAN HAKIM YG SALAH

Pencuri Nasi

22 April 2012 · by warm · in sesuatu
Kompas edisi minggu ini, di halaman 17, ada berita berjudul “Gara-gara Mencuri Nasi, Ujian Nasional di Tahanan”. Berita serupa bisa dibaca di antarajatim.
Berita pendek di atas, membuat saya sedih sekaligus bingung.  Sampai segitu teganyakah pemilik warung, yang nasinya dicuri oleh siswa asal Purwosari, Bojonegoro itu, sampai tidak mau mencabut aduannya pada polisi.  Selain tukang warung, ada juga warga lain yang mengaku kehilangan ayam aduannya yang dicuri Tf, siswa tersebut untuk kemudian disembelih dan dimakan, bukan untuk dijual.
Poin utama yang seharusnya diperhatikan oleh tukang warung dan pemilik ayam itu, adalah sepertinya tertuduh terpaksa mencuri karena mereka miskin.  Saya tak habis pikir, terlebih itu polisi juga hanya bisa berkata “Kami melaksanakan proses hukum bergantung pengaduan masyarakat“.  Kalau masalahnya adalah cuma nasi dan ayam yang dicuri, tidak adakah yang terniat untuk urunan gitu, membebaskannya.
Hal-hal berkenaan dengan hukum yang sepele bin ajaib ini gini yang membuat saya gemes segemes-gemesnya.  Apalagi sudah tahu dari keluarga tak mampu, padahal kan tinggal diikhlaskan saja, beres.  Seandainya saja itu tukang nasi dan pemilik ayam membaca postingan ini, silakan deh tagih ke saya kerugian yang ditimbulkan anak itu supaya bebas.
Judul berita itu sendiri, seakan mengingatkan saya pada saat sekolah dulu, saya juga pernah mencuri nasi, dari ibu kos saya.  bedanya, saya tidak diadukan beliau ke polisi, malah mempersilakan untuk mengambil sisa-sisa nasi yang ada di panci, tak perlu diam-diam mengambilnya saat lapar.
Masa-masa yang sebenarnya tidak begitu susah, tapi saya yang sering merasa malu tak pada tempatnya, hingga untuk meminta sedikit nasi saja malu.  Memang pada suatu waktu tak bisa mengatur uang makan saat kos.  Hingga akhirnya budget yang tersisa hanya cukup untuk memasak sebungkus mi goreng pada malam hari, setelah siangnya pernah cuma makan kue doang, sementara paginya mbuh lupa. yang berujung diam-diam mengambil sisa-sisa nasi di panci ibu kos, dan kemudian akhirnya ketahuan.
Jangan tanya bagaimana malunya saya.  Semoga ibu kos saya dulu itu, dilimpahkan rejeki berlimpah oleh-Nya.
Kembali pada kasus di atas, kenapa tidak bertindak seperti ibu kos saya itu, malah kemudian memberikan nasinya pada saya, membantu, bukannya malah mengadukannya kepada pihak yang seharusnya berwajib membantunya, bukan menahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar